PELITANASIONAL| BENER MERIAH –Ratusan petani kopi di Pantan Antara harus menghadapi tantangan ganda: harga jual kopi yang rendah dan risiko mengangkut panen melewati jalan rusak yang dikenal warga sebagai “Tanjakan Neraka.”
Tokoh masyarakat Sahudin menceritakan, setiap musim panen menjadi saat paling menegangkan bagi warga. “Harga kopi gelondong dan gabah sering lebih rendah dibanding daerah lain. Jalan rusak membuat biaya dan risiko transportasi semakin tinggi,” ujarnya, Senin (15/9/2025).
Kondisi jalan yang parah membuat pengangkutan hasil panen menjadi petualangan berbahaya. “Sudah banyak yang jatuh dan terluka. Saat musim hujan, risiko semakin tinggi,” lanjut Sahudin. Jalur ini bahkan disebut warga sebagai momok karena sulitnya dilalui kendaraan dan tenaga manusia.
Masalah harga kopi yang ditekan tidak bisa dilepaskan dari kondisi infrastruktur dan sengketa tapal batas antara Aceh Utara dan Bener Meriah. Berdasarkan keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 126 Tahun 2022, Pantan Antara resmi masuk Kecamatan Nisam, Aceh Utara. Sejak itu, warga menilai perhatian pembangunan di kawasan ini berkurang drastis.
Menjelang panen raya, warga akhirnya mengambil langkah sendiri. Mereka bergotong royong memperbaiki jalan secara swadaya, mengumpulkan dana, dan mengerahkan tenaga demi memastikan hasil panen bisa sampai pasar. “Kami sudah sering mengusulkan pembangunan jalan, tapi tak ada tindak lanjut. Akhirnya, masyarakat harus bergerak sendiri,” ungkap Sahudin.
Sahudin menekankan, Pantan Antara memiliki potensi produksi kopi yang besar. Namun, harga yang ditekan akibat akses jalan sulit berdampak langsung pada pendapatan petani. Banyak warga merasa perjuangan mereka sia-sia jika kondisi jalan tidak segera diperbaiki.
“Setiap tahun kami menanam dan memanen kopi dengan harapan bisa meningkatkan ekonomi keluarga, tapi harga yang terus rendah membuat usaha ini semakin berat. Kami berharap pemerintah pusat mendengar keluhan kami, supaya harga kopi tidak terus tertekan karena jalan yang rusak,” pungkas Sahudin.