OTT Ebenezer, Momentum Prabowo Perkuat Wibawa dan Bersihkan Kabinet

- Penulis

Jumat, 22 Agustus 2025 - 08:28 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto : ilustrasi Kiriman Penulis

Foto : ilustrasi Kiriman Penulis

HARI ini publik kembali diguncang kabar pahit dimana Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap tangan terhadap Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Emmanuel Ebenezer.

Ia ditangkap dalam dugaan gratifikasi dan pemerasan perusahaan swasta terkait sertifikasi K3. Kasus ini bukan sekadar skandal personal, melainkan potret buram bagaimana klan Jokowi terus-menerus terseret kasus hukum.

Korupsi Ebenezer bukan hanya mencoreng citra relawan Jokowi, tetapi lebih parah lagi, hal itu merusak wibawa Presiden Prabowo, sosok yang selama ini dikenal tegas dan keras dalam komitmen memberantas korupsi.

Satu tahun perjalanan Kabinet Merah Putih bukannya menghadirkan solusi bagi rakyat, melainkan justru silih berganti menciptakan masalah. Publik sudah lama mencatat nama-nama menteri yang sarat kontroversi seperti Trenggono, Budi Arie, Tito, Erlangga, Muhaimin, Bahlil, hingga Dito. Bukannya membantu presiden, mereka sering tampil sebagai beban politik yang menggerus kepercayaan masyarakat.

Kasus Ebenezer seharusnya menjadi peringatan keras bagi Presiden Prabowo. Ia perlu segera mengambil langkah strategis, termasuk evaluasi total dan perombakan kabinet yang masih terlalu kental dengan cawe-cawe Jokowi. Informasi yang beredar menyebutkan, Prabowo sudah mengetahui adanya “garis dalam” Jokowi yang menempatkan orang-orangnya di lingkaran kekuasaan.

Dalam politik Indonesia, pergantian kabinet memang bukan hal mudah. Namun, jika konflik kepentingan ini dibiarkan, loyalitas ganda di tubuh kabinet hanya akan melemahkan wibawa presiden dan memperburuk krisis kepercayaan publik.

Kini saatnya Presiden Prabowo mengambil keputusan berani untuk membersihkan kabinet dari bayang-bayang Jokowi, dan membangun pemerintahan dengan loyalitas tunggal. Tanpa itu, janji penegakan hukum yang berkeadilan hanya akan terdengar sebagai retorika kosong di telinga rakyat.

Penulis : Sri Radjasa, M.BA (Pemerhati Intelijen)

Catatan Redaksi: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis. Redaksi memberikan ruang bagi berbagai pandangan dan analisis, namun isi dan argumen sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis, tidak mencerminkan sikap resmi redaksi.

Komentar ditutup.

Follow WhatsApp Channel pelitanasional.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Gara-Gara Judol, Nyawa Jadi Taruhan
Opini Redaksi Investasi Rp21 Triliun di Aceh: Momentum atau Ulang Sejarah Kelam?
Sekolah Rakyat, Program Bercitra Rasa Reformasi
Aceh Selatan dan Warisan Bom Waktu untuk Bupati Baru
Whoosh, Dari Rel ke Jerat Hutang
Politik dan Tamu Tak Diundang
Indonesia dalam Keadaan Darurat Teror
Jokowi, dari Outsider hingga Trouble Maker
Tag :

Berita Terkait

Jumat, 5 September 2025 - 17:12 WIB

Gara-Gara Judol, Nyawa Jadi Taruhan

Kamis, 28 Agustus 2025 - 01:00 WIB

Opini Redaksi Investasi Rp21 Triliun di Aceh: Momentum atau Ulang Sejarah Kelam?

Minggu, 24 Agustus 2025 - 19:03 WIB

Sekolah Rakyat, Program Bercitra Rasa Reformasi

Minggu, 24 Agustus 2025 - 11:19 WIB

Aceh Selatan dan Warisan Bom Waktu untuk Bupati Baru

Minggu, 24 Agustus 2025 - 09:16 WIB

Whoosh, Dari Rel ke Jerat Hutang

Berita Terbaru

Sosial

Ratusan PPPK Pendamping Sosial PKH Dilantik di Aceh Utara

Jumat, 3 Okt 2025 - 21:22 WIB