Mandeknya Proyek Rumah Duafa dan RSUD Tapaktuan, GeMPA: Ada Pengkhianatan untuk Jatuhkan Mualem

- Penulis

Minggu, 21 September 2025 - 10:40 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

PELITANASIONAL | TAPAKTUAN – Polemik pembatalan pembangunan 500 rumah duafa serta terhentinya kelanjutan proyek RSUD Dr. H. Yuliddin Away (RSUD-YA) Tapaktuan memicu kegaduhan politik di Aceh.

Gerakan Muda Peduli Aceh (GeMPA) menilai, kegagalan dua proyek strategis itu bukan sekadar persoalan teknis, melainkan sarat intrik politik yang berpotensi menjatuhkan wibawa Gubernur Muzakir Manaf (Mualem).

Koordinator GeMPA, Ariyanda Ramadhan, menyebut ada “operasi garis dalam” yang dimainkan oleh oknum birokrasi untuk mempermalukan Mualem di mata publik.

“Ini bukan semata-mata soal proyek yang gagal, tetapi indikasi adanya pengkhianatan dari dalam tubuh birokrasi sendiri,” kata Ariyanda, Minggu (21/9/2025).

Menurutnya, rumah duafa adalah simbol keberpihakan pemerintah terhadap rakyat kecil, sementara RSUD-YA Tapaktuan merupakan janji strategis dalam visi-misi Mualem–Dek Fad. Ketika keduanya terhenti, publik bisa menilai kepemimpinan gubernur gagal menunaikan komitmen utama.

Situasi ini kian sensitif karena wilayah barat-selatan Aceh merasa terpinggirkan dalam distribusi pembangunan. Apalagi, pasangan Mualem–Dek Fad sebelumnya meraih kemenangan telak di empat kabupaten basis dukungan di kawasan tersebut.

“Jika proyek yang dijanjikan justru terhenti di wilayah basis suara utama, maka dampak politiknya bisa sangat serius,” tegas Ariyanda.

GeMPA juga menyoroti dugaan adanya praktik pengaturan tender, tarik-menarik kepentingan, hingga jual-beli jabatan yang memperkuat kesan bahwa proyek vital ini sengaja dipolitisasi.

“Preseden ini bukan sekadar membatalkan pembangunan, tetapi juga merusak legitimasi Mualem di mata rakyat,” ujarnya.

Lebih jauh, Ariyanda mengingatkan bahwa kegagalan dua program besar ini dapat menyulut kembali isu pemekaran dari wilayah barat-selatan. “Sentimen itu sangat berbahaya karena menyangkut keadilan pembangunan dan rasa memiliki terhadap Aceh secara menyeluruh,” tambahnya.

Ia menegaskan, ujian ini akan menentukan posisi Mualem sebagai pemimpin. “Rakyat menunggu langkah tegas: transparansi anggaran, evaluasi birokrasi, dan solusi nyata. Jika tidak, citra panglima rakyat bisa runtuh hanya karena permainan internal yang mengorbankan janji besar pembangunan,” pungkasnya

Komentar ditutup.

Follow WhatsApp Channel pelitanasional.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Ronny Tuding Medco Abaikan Putra Daerah, Desak Sulfur Dikelola BUMD Aceh Timur
Hadi Surya Minta Pemerintah Aceh Kembalikan Anggaran RSUD-YA ke APBA Perubahan
Polres Aceh Tengah Sisir Lokasi Diduga Tambang Emas Ilegal di Sungai Jambu Aye
GeMPA : Penertiban Aset Bukan Sekadar Gebrakan 100 Hari Kerja
Yusriadi Resmi Nahkodai Puskesmas Jambo Aye, Tegaskan Komitmen Melayani Masyarakat
TTI: Gagal Bangun RSUD-YA, Pemerintah Aceh Dapat Rapor Merah
Polres Aceh Utara Latih Personel Input Data Lahan Jagung Lewat Aplikasi BPS
Bantu Warga Terdampak Ekonomi, Pante Rambong Salurkan BLT-DD ke 30 KPM

Berita Terkait

Minggu, 21 September 2025 - 12:08 WIB

Ronny Tuding Medco Abaikan Putra Daerah, Desak Sulfur Dikelola BUMD Aceh Timur

Minggu, 21 September 2025 - 10:40 WIB

Mandeknya Proyek Rumah Duafa dan RSUD Tapaktuan, GeMPA: Ada Pengkhianatan untuk Jatuhkan Mualem

Sabtu, 20 September 2025 - 23:10 WIB

Hadi Surya Minta Pemerintah Aceh Kembalikan Anggaran RSUD-YA ke APBA Perubahan

Sabtu, 20 September 2025 - 13:46 WIB

Polres Aceh Tengah Sisir Lokasi Diduga Tambang Emas Ilegal di Sungai Jambu Aye

Sabtu, 20 September 2025 - 10:58 WIB

GeMPA : Penertiban Aset Bukan Sekadar Gebrakan 100 Hari Kerja

Berita Terbaru