LHOKSUKON | PELITA NASIONAL— Lapangan Landing di pusat Kota Lhoksukon pagi itu menjadi saksi semangat baru pembangunan kesehatan di Aceh Utara. Dalam peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-61, Rabu (12/11/2025), Wakil Bupati Aceh Utara, Tarmizi, S.I.Kom atau Panyang, menegaskan bahwa pelayanan kesehatan adalah hak dasar masyarakat, bukan sekadar proyek atau status administratif.
“Pemerintah Kabupaten Aceh Utara siap mendukung agenda nasional Kementerian Kesehatan, terutama enam pilar pembangunan kesehatan. Yang lebih penting adalah transformasi ini benar-benar menyentuh masyarakat di lapangan,” ujar Tarmizi dalam amanatnya.
Kesenjangan Fasilitas Puskesmas
Secara administratif, Aceh Utara memiliki 32 Puskesmas yang seluruhnya berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Namun, hanya 13 Puskesmas yang memiliki fasilitas rawat inap memadai. Pasien dari kecamatan tanpa ruang perawatan harus dirujuk ke puskesmas lain atau rumah sakit kabupaten, menambah biaya dan waktu tempuh, bahkan berisiko bagi pasien darurat.
“Status BLUD saja tidak cukup jika fasilitas dan SDM belum seimbang. Koordinasi antar-puskesmas sangat penting untuk merespons cepat kasus darurat,” jelas Plt. Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Abdurrahman, SKM.
Pemerataan Tenaga Medis
Sekretaris Daerah Aceh Utara, Dr. A. Murtala, M.Si, menekankan kesehatan sebagai fondasi pembangunan daerah. Distribusi tenaga medis masih timpang, dengan beberapa puskesmas memiliki empat dokter, sementara wilayah lain hanya satu dokter harus melayani puluhan desa. Pemerintah juga memperluas layanan kesehatan ke pesantren besar agar masyarakat tidak perlu mencari layanan kesehatan sendiri.
BLUD Bukan Sekadar Label
Tarmizi menegaskan bahwa BLUD harus menjadi motor percepatan pelayanan, bukan sekadar label administratif. Transformasi kesehatan diukur dari kualitas pelayanan, pemerataan fasilitas, dan penghargaan terhadap tenaga kesehatan.
“Masyarakat tidak peduli status BLUD, mereka butuh layanan nyata. Kami akan dorong pemerataan formasi ASN dan peningkatan kompetensi tenaga medis,” tegasnya.
Apresiasi Tenaga Kesehatan dan Fasilitas Terbaik
HKN ke-61 juga menjadi ajang penghargaan bagi tenaga kesehatan, puskesmas, klinik, dan posyandu terbaik. Beberapa penerima antara lain: Ns. Jasroni, Kepala Puskesmas Terfavorit; Fiza Balqis, pembuat video promosi kesehatan terbaik; Puskesmas Lhoksukon sebagai Puskesmas Terbersih I; Pustu Blang Syamtalira Aron sebagai Pustu Terbaik; serta Posyandu Permata Hati Nisam Antara sebagai Posyandu Terbaik. Kader Posyandu teladan juga mendapat penghargaan, termasuk Mouliza, Qamariah, dan Syarifah Asmaul Husna.
“Ini bukan soal siapa yang menang, tapi semangat ini menjadi inspirasi bagi seluruh tenaga kesehatan di Aceh Utara,” ujar Tarmizi.
Momentum Evaluasi dan Transformasi
Peringatan HKN bukan sekadar seremoni, tetapi refleksi nyata bagi pemerintah daerah. Pemerataan fasilitas dan penguatan layanan primer masih menjadi pekerjaan rumah, terutama di wilayah pelosok seperti Langkahan, Cot Girek, dan Dewan. Dinas Kesehatan Aceh Utara memastikan hasil evaluasi HKN akan ditindaklanjuti dengan penataan sistem rujukan dan kerja sama lintas sektor.
“Mari kita jadikan HKN ini momentum memperkuat komitmen dan menumbuhkan optimisme. Dari individu dan keluarga yang sehat, akan lahir masyarakat yang kuat,” pungkas Wakil Bupati Tarmizi.
Dengan langkah konkret dan komitmen nyata, Aceh Utara diharapkan menjadi contoh daerah yang mampu mewujudkan sistem kesehatan inklusif, mandiri, dan berkeadilan.






