Penulis : Sri Radjasa MBA(Pemerhati Intelijen)
BELAKANGAN ini begitu banyak berseliweran berita teror dan intimidasi kepada orang-orang yang menyuarakan kebenaran, untuk mengungkap dugaan kejahatan yang dilakukan Jokowi. Belum hilang dari ingatan kita, bagaimana Dr. Tifa sosok perempuan pejuang yang tidak lelah, melawan kezoliman Jokowi, harus mengalami intimidasi dan teror, termasuk terhadap anak-anaknya.
Intimidasi langsung hingga doxing atau penyebaran data pribadi di media sosial. Dr. Tifa mengatakan “Anak-anak saya diteror, kos mereka disatroni, dan diancam verbal akan disakiti. Sampai foto-foto KTM dan KTP mereka disebar di sosial media dengan ancaman setiap hari di WA,”. Belum lagi bentuk intimidasi yang dilakukan relawan jokowi terhadap Roy Suryo yang berisi “agar berhenti mengungkap soal ijazah palsu Jokowi, demi ketenangan hidup keluarganya”. Bahkan narasi intimidasi ini dikirim langsung oleh Paiman Raharjo via WA kepada Roy Suryo. Kemudian ujaran kebencian yang dilontarkan Silfester terhadap purnawirawan TNI yang berisi ucapan tidak beretika, menunjukan betapa arogannya antek-antek Jokowi dalam berkomunikasi di ruang public.
Seakan di negara ini, hukum hanya milik mereka yang mampu menjadi jongos Jokowi, termasuk aparat hukum tidak lagi mampu tegakan kepala demi keadilan, mereka tanpa rasa risih berlomba menjilati liur Jokowi. Aksi teror teraktual, menimpa Prof Sofyan Effendi mantan rektor UGM, sebelum secara gamblang memberi pernyataan bahwa jokowi tidak pernah lulus di UGM, tiba-tiba beberapa saat kemudian membatalkan pernyataannya diatas. Ternyata Prof Sofyan Effendi, telah didatangai utusan dari UGM, membawa surat pernyataan pencabutan, untuk ditanda tangani Prof Sofyan effendi, sambil menyampaikan pesan intimidasi kepada dirinya. Betapa naifnya UGM sebagai institusi pendidikan tertinggi, telah menjadi alat politik Jokowi untuk membegal kebebasan bersuara dan berpendapat.
Konstelasi perkembangan situasi stabilitas nasional, kental dengan aroma teror dan intimidasi, oleh genk solo yang diotaki Jokowi dan menunggangi instrument hukum yang sejatinya dibawah kendali presiden Prabowo. Fenomena teror dan intimidasi terhadap semua pihak yang menyuarakan kebenaran dan keadilan, oleh jokowi dan kroninya, adalah kerikil dalam sepatu pemerintahan presiden Prabowo, jika tidak dibersihkan akan menimbulkan luka yang dapat mengganggu jalannya pemerintahan Prabowo. Bahkan tidak menutup kemungkinan melemahnya legitimasi rakyat terhadap kepemimpinan Prabowo.
Negara ini sesungguhnya sudah masuk pada eskalasi darurat teror, karena pihak aparat keamanan dan hukum, tidak mampu meredam aksi-aksi teror dan intimidasi terhadap rakyat. Tapi jangan lupa, bangsa ini memiliki pengalaman sejarah, menumpahkan darah para penghianat tercecer diatas persada ini. Karena didalam nadi bangsa Indonesia mengalir darah para kesatria dan syuhada.
Catatan Redaksi:
Tulisan ini sepenuhnya merupakan opini pribadi penulis. Redaksi tidak bertanggung jawab atas isi, data, maupun pernyataan yang disampaikan. Segala konsekuensi hukum menjadi tanggung jawab penulis.