Krisis Beras di Aceh, Harga Melonjak Tajam, Forum LSM Pertanyakan Peran Bulog

PELITANASIONAL | BANDA ACEH– Ironi tengah melanda Aceh. Provinsi yang selama ini dikenal sebagai salah satu lumbung beras nasional kini justru menghadapi krisis ketersediaan beras. Di berbagai kabupaten/kota, masyarakat mulai kesulitan mendapatkan beras. Kalaupun tersedia, harganya melonjak tajam.

Sekretaris Jenderal Forum LSM Aceh, Sudirman Hasan, menilai kelangkaan beras yang terjadi saat ini tidak lepas dari lemahnya peran Perum Bulog dalam menjaga stabilitas stok dan harga bahan pangan pokok, khususnya beras.

“Sekarang kondisinya sudah seperti ini. Mana tanggung jawab Bulog? Kalau tidak bisa bekerja maksimal, lebih baik bubar saja,” tegas Sudirman Hasan dalam keterangannya kepada media, Rabu (6/8/2025).

Menurut Sudirman, Forum LSM Aceh yang menaungi berbagai organisasi masyarakat sipil di provinsi ini menerima banyak laporan dan keluhan dari warga terkait kelangkaan dan lonjakan harga beras. Padahal, katanya, sejak dahulu Aceh dikenal sebagai daerah surplus beras yang bahkan memasok ke provinsi lain.

Saat ini, harga beras naik drastis di sejumlah wilayah. Di Aceh Barat Daya, harga beras premium telah menembus Rp270 ribu per zak (15 kg), naik dari harga sebelumnya Rp230 ribu. Situasi serupa terjadi di Aceh Tamiang, Aceh Timur, Banda Aceh, bahkan di sentra produksi padi seperti Pidie, Aceh Utara, dan Aceh Selatan.

“Dalam beberapa kasus, harga beras naik hingga 40 persen. Ini sangat membebani masyarakat,” ungkap Sudirman.

Ia memprediksi, kenaikan harga masih berpotensi berlanjut, mengingat musim panen belum tiba. Minimnya pasokan gabah ke penggilingan membuat stok beras di pasar kian menipis.

Lebih lanjut, Sudirman mempertanyakan sikap pasif Bulog dalam merespons kondisi ini. Ia menilai tidak ada upaya konkret atau terobosan signifikan dari Bulog untuk meredam gejolak harga maupun mengatasi kelangkaan.

“Di mana peran Bulog? Seharusnya mereka segera mengeluarkan cadangan beras untuk operasi pasar di wilayah-wilayah terdampak, seperti Aceh Singkil, Gayo Lues, dan Aceh Barat yang tergolong daerah miskin dan paling parah terdampak,” tegasnya.

Sudirman juga menyoroti bahwa lonjakan harga beras tidak otomatis meningkatkan pendapatan petani. Menurutnya, harga gabah di tingkat petani cenderung stagnan, sementara kenaikan harga terjadi di level pasar.

“Petani tetap menjual dengan harga yang hampir sama. Justru keuntungan lebih banyak dinikmati oleh pihak-pihak yang bermain di pasar,” ujarnya.

Meski enggan secara langsung menuding adanya permainan tengkulak, Sudirman menilai lemahnya pengawasan dan ketidaksigapan Bulog menjadi faktor utama dari memburuknya situasi.

“Semestinya ini bisa diantisipasi lebih awal. Tapi ketika semuanya sudah terlambat, apa lagi yang bisa dilakukan Bulog? Jangan-jangan mereka juga ikut bermain dalam isu kelangkaan ini?” pungkas Sudirman penuh tanya.[R]

/ JANGAN LEWATKAN

PELITANASIONAL | MEULABOH– Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Aceh Barat mengungkap kasus pembunuhan disertai pencurian kendaraan bermotor yang terjadi di Lorong Kuini, Gampong Ujong Baroh, …

PELITANASIONAL | YOGYAKARTA – Pemerintah Kota Banda Aceh resmi menjalin kerja sama strategis dengan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dalam bidang pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, …

PELITANASIONAL | YOGYAKARTA — Delegasi Kota Banda Aceh turut ambil bagian dalam kemeriahan rangkaian Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XI Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) yang …

PELITANASIONAL | CALANG — Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya secara resmi melarang pelaksanaan lomba panjat pinang dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia …

/ TERPOPULER

/ ISU TERKINI

#1
#2
#3
#4
#5