PELITA NASIONAL | ACEH UTARA – Rabu (3/9/2025), hamparan sawah di Gampong Merbo Lama, Kecamatan Lapang, Kabupaten Aceh Utara, tampak ramai oleh warga yang sedang mengangkut hasil panen. Dengan wajah sumringah, para petani menumpuk karung-karung berisi gabah di pinggir pematang, menandai berakhirnya kerja keras mereka selama tiga bulan terakhir.
Harga gabah yang berlaku di tingkat petani pada musim panen kali ini mencapai Rp6.700 per kilogram. Angka itu disambut gembira karena sedikit lebih baik dibanding musim panen sebelumnya yang kerap anjlok di kisaran Rp6.000–6.300 per kilogram.
“Alhamdulillah panen tahun ini lumayan. Harga gabah juga tidak jatuh terlalu rendah, jadi petani bisa bernapas lega,” kata Abdullah, salah seorang petani setempat, saat ditemui di sawahnya.
Biaya Produksi vs Harga Jual
Menurut keterangan petani, biaya produksi padi per hektare mencapai Rp12–15 juta, mencakup biaya pengolahan lahan, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Dengan hasil panen rata-rata 5–6 ton gabah kering panen (GKP) per hektare, harga Rp6.700/kg dinilai sudah menutup biaya produksi sekaligus menyisakan keuntungan tipis.
“Kalau dihitung-hitung, petani masih bisa dapat untung. Tapi kalau harga turun Rp6.000 ke bawah, itu sudah berat, kadang hanya impas,” ujar Abdullah.
Harapan Petani
Meski harga gabah relatif stabil, petani berharap ada kepastian harga yang bisa melindungi mereka dari kerugian saat musim panen raya. Selama ini, petani kecil sering kali bergantung pada tengkulak atau pedagang pengumpul yang membeli gabah dengan harga lebih rendah dari pasar.
“Kalau bisa pemerintah hadir dengan sistem serap gabah langsung dari petani, biar harga tidak dimainkan oleh tengkulak,” harap seorang petani lainnya.
Kontribusi ke Ekonomi Lokal
Pertanian padi masih menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat Lapang. Dari hasil panen, perputaran uang di gampong meningkat, terutama untuk kebutuhan konsumsi, biaya sekolah anak, dan kebutuhan sosial lainnya. Panen raya juga menciptakan lapangan kerja sementara bagi buruh tani yang membantu proses panen dan pengangkutan.
Pengamat ekonomi lokal menilai, harga gabah yang stabil akan memperkuat daya beli petani di pedesaan. Namun, jika harga kembali jatuh, akan berpengaruh langsung pada sektor konsumsi rumah tangga dan daya tahan ekonomi desa.
“Stabilitas harga gabah harus jadi perhatian serius. Jangan sampai petani yang sudah bekerja keras justru terjebak dalam lingkaran kemiskinan karena biaya produksi terus naik sementara harga jual tidak berpihak,” kata seorang pemerhati pertanian Aceh Utara.
Tantangan ke Depan
Selain harga, tantangan yang masih dihadapi petani Merbo Lama adalah keterbatasan akses pupuk bersubsidi dan ancaman hama wereng yang kerap menyerang di musim tertentu. Jika masalah ini tidak diatasi, produktivitas padi bisa menurun dan keuntungan petani makin tergerus.
Untuk itu, masyarakat berharap pemerintah daerah lebih serius mengawasi distribusi pupuk, memperluas akses teknologi pertanian, serta mendorong terbentuknya kelompok tani yang kuat agar petani tidak berjalan sendiri-sendiri menghadapi pasar.