Aceh – Kunjungan ke Tiongkok dan Arab Saudi beberapa hari lalu tak sekadar lawatan seremonial. Dari dua negeri jauh itu, Gubernur Aceh Muzakir Manaf Atau Mualim, membawa pulang secercah harapan: Aceh mulai dilirik dunia sebagai tanah investasi baru yang potensial di Asia Tenggara.
“Di Tiongkok, saya bertemu dengan sejumlah pengusaha besar yang tertarik mengembangkan sektor peternakan ayam, baik pedaging maupun petelur. Mereka melihat Aceh memiliki lahan luas, iklim yang cocok, serta potensi pasar yang menjanjikan,” ujar Mualem saat menjawab pertanyaan awak media, Rabu (22/10/2025).
Menurutnya, sektor peternakan menjadi salah satu fokus utama karena bisa menciptakan rantai ekonomi baru dari pakan ternak, tenaga kerja lokal, hingga distribusi produk olahan ke berbagai daerah di Sumatra. “Kita ingin investasi ini membuka lapangan kerja dan memperkuat kemandirian pangan Aceh,” tambahnya.
Dari Beijing, langkah diplomasi ekonomi itu berlanjut ke Riyadh. Di Arab Saudi, peluang lebih besar terbuka ketika sejumlah investor dari kawasan Timur Tengah menyampaikan minat untuk berinvestasi dalam rencana pendirian Aceh Airlines. Maskapai ini diharapkan menjadi jembatan udara antara Aceh dan Timur Tengah, memperkuat konektivitas wisata religi serta arus perdagangan internasional.
“Minat mereka luar biasa. Kita ingin Aceh menjadi simpul baru penerbangan Asia–Timur Tengah, bukan hanya penonton,” tegasnya.
Kunjungan luar negeri tersebut menjadi bagian dari upaya Pemerintah Aceh memperluas jejaring investasi global dan memperkenalkan potensi daerah di panggung internasional. Jika rencana-rencana itu terwujud, Aceh bukan hanya berbicara tentang sejarah dan budaya, tapi juga tentang masa depan ekonomi yang lebih terbuka dan kompetitif.