TANGKENGON | PELITA NASIONAL— Di tepian Danau Laut Tawar yang diselimuti kabut pagi, beberapa polisi berseragam biru muda tampak mengayuh sepeda pelan. Mereka bukan pesepeda biasa, melainkan wajah baru dari aparat yang ingin lebih dekat dengan masyarakat: Polisi Pariwisata Polres Aceh Tengah.
Rabu (12/11/2025), Satuan Samapta Polres Aceh Tengah di bawah komando Kasat Samapta IPTU Misbah menggelar Patroli Wisata Bersepeda di sejumlah titik wisata unggulan Takengon. Lima personel dikerahkan dengan sepeda dinas, menyusuri Dermaga Keramat Mupakat, Tambatan Perahu Lot Kala, hingga kawasan Binnos Homestay.
Kegiatan ini merupakan bagian dari strategi Polres Aceh Tengah menghadirkan pelayanan prima yang humanis dan edukatif.
Kapolres Aceh Tengah AKBP Muhammad Taufiq, S.I.K., M.H., menyebut langkah ini sebagai bukti nyata bahwa Polri ingin menghadirkan rasa aman dengan cara yang lebih bersahabat.
“Melalui patroli wisata dengan bersepeda, kami ingin menghadirkan polisi yang dekat dan ramah. Polisi bukan hanya menjaga keamanan, tetapi juga menjadi sahabat masyarakat dan wisatawan,” ujar IPTU Misbah mewakili Kapolres.
Di saat sebagian aparat sering tampil kaku di mata publik, Polisi Pariwisata memilih cara yang lembut: menyapa, tersenyum, dan berinteraksi. Mereka tak membawa senjata berat, hanya sepeda dan sapaan hangat. Di kawasan wisata, ketenangan dan rasa aman tumbuh bukan dari kekuatan, melainkan dari kedekatan.
Langkah ini menyiratkan pesan sederhana namun dalam, keamanan bukan sekadar penjagaan, tapi juga kepercayaan. Polisi bukan sekadar simbol kekuasaan negara, melainkan mitra sosial yang hadir di tengah denyut kehidupan masyarakat.
Kegiatan patroli bersepeda ini juga menjadi ruang edukatif, mengajak generasi muda menjauhi perilaku negatif, menjaga ketertiban, serta mencintai lingkungannya.
Sepeda yang mereka kayuh menjadi simbol pergerakan lembut dalam sistem keamanan modern. Ia tak meninggalkan jejak polusi, tak menimbulkan jarak, tapi justru mendekatkan hati. Di atas roda itu, berputar harapan agar hubungan masyarakat dan polisi terus seimbang, seperti roda yang tetap kokoh hanya jika kedua sisi bergerak bersama.
Di tengah citra aparat yang kerap dinilai formal dan berjarak, inisiatif seperti ini seakan menjadi cermin: mengapa tidak semua wilayah meniru pendekatan humanis ini? Patroli yang dialogis, menyapa warga, seharusnya bukan sekadar seremonial, tetapi menjadi pola baru dalam menjaga ketertiban publik.
Polisi yang dekat dengan masyarakat jauh lebih efektif daripada seribu baliho bertuliskan slogan keamanan.
Langkah Polres Aceh Tengah ini adalah bentuk kecil dari perubahan besar yang diharapkan masyarakat. Dari Takengon, angin sejuk Dataran Gayo membawa pesan: keamanan bukan tentang ketakutan, melainkan tentang rasa percaya.
Dengan mengayuh roda persahabatan, Polisi Pariwisata membuktikan bahwa senyum bisa menjadi tameng, dan kehadiran bisa menjadi pengayom bukan sekadar penjaga.






