Aceh Timur – Senin malam, 22 Desember 2025, Di tengah musibah banjir bandang yang melanda Desa Pante Rambong, Aceh Timur, masyarakat terdampak masih berjuang keras untuk bertahan hidup.
Rumah hancur, puing berserakan, listrik terbatas, dan anak-anak mulai terserang penyakit. Namun, ternyata ada pihak yang memilih memanfaatkan kesusahan warga untuk keuntungan pribadi.
Gas LPG 3 kg yang seharusnya dijual seharga Rp20.000 di pangkalan, kini dilepas ke pengecer hingga Rp70.000–Rp80.000 per tabung.
Tindakan ini membuat warga harus membayar lebih dari tiga kali lipat harga resmi hanya untuk memasak. Praktik seperti ini jelas menyalahi hati nurani dan kemanusiaan.
Wakil Bupati Aceh Timur, T. Zainal Abidin, mengingatkan secara tegas, pangkalan yang tetap menjual LPG 3 kg ke pengecer, sehingga dijual kepada warga dan pengungsi di atas harga eceran tertinggi (HET), izin operasional pangkalan akan dicabut tanpa kompromi.
“Kami tidak mau tahu dan tidak mau dengar harga LPG 3 kg dijual di atas HET. Akan kami tindak tegas,” tegasnya.
Sindiran pedas tertuju kepada pangkalan yang tampaknya lupa fungsi utamanya: melayani masyarakat, bukan menumpuk untung dari penderitaan warga.
Praktik ini menunjukkan kelicikan dan ketidakpedulian yang menyayat hati, apalagi saat warga tengah membutuhkan bantuan paling mendasar.
Selain masalah LPG, kebutuhan dasar lain seperti selimut dan bahan pokok juga masih sangat terbatas di posko pengungsian.
Anak-anak pengungsi pun berada dalam kondisi rawan sakit akibat lingkungan yang tidak memadai.
Berita ini menjadi peringatan keras bagi pihak-pihak yang menempatkan keuntungan di atas kemanusiaan.
Pemerintah Aceh Timur kini berada di garis depan untuk memastikan distribusi LPG dan bantuan lainnya berjalan adil dan sesuai aturan, agar warga terdampak bencana tidak lagi menjadi korban keserakahan pihak tertentu.






