PELITA NASIONAL| ACEH SELATAN– Pemandangan ironis kembali mencoreng wajah pelayanan kesehatan di Aceh. Seorang bocah perempuan berusia enam tahun asal Desa Kapa Sesak, Kecamatan Trumon Timur, terpaksa menempuh perjalanan ratusan kilometer ke Banda Aceh menggunakan sepeda motor, setelah mendapat rujukan dari RSUD dr. H. Yuliddin Away (RSUDYA) Tapaktuan yang mengaku tak memiliki dokter mata.
Pasien bernama Hasnibar (6) didiagnosis mengalami gangguan serius pada mata. Surat rujukan resmi bertanggal 19 September 2025 menegaskan ia harus mendapat penanganan lanjutan di Poli Mata RSUD dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh.
Namun yang mengejutkan, rujukan itu hanya berupa selembar kertas. Tidak ada ambulans, tidak ada transportasi medis, hanya ada keluarga miskin yang kebingungan. Ayahnya, Herman, akhirnya nekat membawa anaknya dengan sepeda motor. “Benar saya bawa anak saya dengan sepeda motor, dan sekarang saya sudah di Punge, Banda Aceh,” kata Herman singkat.
Anggota DPRK Aceh Selatan dari Partai Aceh, Adi Samridha, ikut membantu proses rujukan. Ia tak bisa menyembunyikan kekecewaannya terhadap RSUDYA Tapaktuan.
“Rumah sakit segede itu masa tak bisa fasilitasi ambulans? Hanya kasih kertas rujukan, sisanya biar rakyat cari jalan sendiri? Kondisinya kurus, matanya sudah tidak nampak lagi. Layak sekali dibantu rumah sakit, tapi nyatanya begini,” ujarnya dengan nada getir, Minggu (21/9/2025).
Menurut Adi, dokter sebelumnya sempat memberi dua opsi: Medan atau Banda Aceh. Karena keluarga tidak punya akses di Medan, Banda Aceh dipilih sebagai tujuan. Sayangnya, perjalanan penuh risiko itu harus ditempuh dengan sepeda motor, bukan ambulans.
Kasus ini menyisakan tanda tanya besar. Untuk apa RSUDYA dibanggakan sebagai rumah sakit rujukan regional dengan gedung megah dan anggaran miliaran, jika untuk satu anak miskin pun tak sanggup menyediakan ambulans? Jangan-jangan, rumah sakit ini lebih pantas disebut kantor stempel rujukan ketimbang pusat pelayanan kesehatan masyarakat.
Sumber Berita: AJNN NET