ACEH UTARA| PELITANASIONAL.COM – Provinsi Aceh dikenal sebagai wilayah yang rentan terhadap berbagai bencana alam, khususnya banjir akibat luapan sungai dan cuaca ekstrem. Namun, pengalaman berulang menunjukkan bahwa persoalan krusial dalam penanganan darurat sering kali bukan hanya besarnya bencana, melainkan lumpuhnya sistem komunikasi ketika jaringan seluler tak lagi berfungsi. Kondisi ini kerap memperlambat evakuasi, distribusi bantuan, hingga pengambilan keputusan di tingkat lapangan.
Di tengah tantangan tersebut, sebuah langkah inovatif dan inspiratif justru lahir dari wilayah paling utara Aceh. Gampong Krueng Lingka, Kecamatan Langkahan, Kabupaten Aceh Utara, resmi meluncurkan sistem komunikasi mandiri berbasis Radio Handy Talky (HT) pada Sabtu (27/12/2025). Inisiatif ini digagas sebagai upaya antisipatif menghadapi potensi terputusnya jaringan telekomunikasi seluler saat bencana melanda.
Peluncuran sistem radio komunikasi ini menjadi bukti bahwa kesiapsiagaan bencana tidak selalu harus menunggu intervensi besar dari luar, melainkan bisa dimulai dari kesadaran dan kemandirian di tingkat gampong.
Selama ini, sebagian besar pemerintahan desa di Aceh masih bergantung penuh pada jaringan seluler dan aplikasi pesan instan untuk koordinasi kebencanaan. Padahal, saat hujan deras berkepanjangan atau banjir bandang, infrastruktur telekomunikasi komersial sangat rentan mengalami gangguan bahkan mati total. Kondisi tersebut menjadi pelajaran berharga bagi Gampong Krueng Lingka.
Melalui evaluasi pengalaman banjir sebelumnya, pemerintah gampong memilih kembali pada teknologi radio yang dinilai lebih tangguh, sederhana, dan terbukti tetap berfungsi di tengah kondisi ekstrem. Radio HT memungkinkan komunikasi langsung tanpa bergantung pada sinyal operator, pulsa, maupun jaringan internet.
“Ini bukan sekadar alat komunikasi, tapi urat nadi keselamatan warga. Saat banjir besar, sinyal HP sering hilang total. Dengan HT, koordinasi antara tim pemantau sungai di hulu, petugas evakuasi di dusun, dan kantor desa tetap terjaga,” ujar perwakilan pemerintah gampong saat simulasi penggunaan perangkat komunikasi tersebut.
Langkah Gampong Krueng Lingka dinilai sangat relevan untuk diterapkan di seluruh Aceh yang memiliki lebih dari 6.000 gampong, banyak di antaranya berada di wilayah perbukitan, lembah, dan daerah aliran sungai yang sulit dijangkau sinyal seluler. Dalam konteks ini, Krueng Lingka layak diposisikan sebagai pilot project Gampong Tangguh Bencana berbasis kemandirian komunikasi.
Setidaknya terdapat tiga keunggulan utama dari sistem ini. Pertama, kemandirian infrastruktur, di mana gampong memiliki kanal komunikasi sendiri yang tidak terganggu kepadatan jaringan publik saat bencana. Kedua, efisiensi penggunaan Dana Desa, karena radio HT merupakan belanja jangka panjang tanpa biaya operasional bulanan seperti pulsa atau paket data. Ketiga, kecepatan respon real-time, sebab informasi darurat dapat disiarkan secara serentak ke seluruh perangkat dalam hitungan detik.
Melihat kondisi topografi Aceh yang didominasi perbukitan dan wilayah rawan blank spot, penggunaan radio HT yang dipadukan dengan repeater lokal dinilai sebagai solusi paling logis dan realistis.
Apa yang dilakukan oleh Gampong Krueng Lingka membuktikan bahwa keterbatasan teknologi modern bukanlah penghalang untuk membangun sistem keselamatan warga yang efektif. Inisiatif ini diharapkan mampu mendorong pemerintah kabupaten/kota se-Aceh untuk menjadikan komunikasi radio sebagai bagian integral dari strategi mitigasi bencana desa.
Ketika air naik dan dunia digital terdiam karena kehilangan sinyal, radio komunikasi di Krueng Lingka akan tetap mengudara. Dari Langkahan, sebuah pesan kuat dikirim ke seluruh Aceh: ketangguhan bencana dimulai dari desa yang mandiri dan siap siaga.






