Aceh Utara – Hampir sebulan pasca banjir besar yang melanda Aceh sejak 26 November 2025, penderitaan warga di beberapa gampong masih terasa nyata.
Di Gampong Meunasah Blang, Kecamatan Langkahan, seorang nenek lanjut usia masih bertahan hidup di tenda pengungsian mandiri yang ia dirikan seadanya.
Tubuhnya yang renta tampak lemah di bawah terpal tipis. Siang hari, panas matahari menembus terpal, membuat tubuhnya kepanasan.
Saat malam tiba, dingin yang menusuk tulang membuatnya menggigil tanpa selimut yang cukup. Untuk mandi, beristirahat, dan sekadar menggerakkan tubuh, nenek tersebut harus berjuang sendiri.
Tatapan matanya kosong, namun menyimpan kesedihan panjang akibat musibah yang belum sepenuhnya berakhir.
Pada Minggu, 21 Desember 2025, Kapolsek Paya Bakong, Ipda Irvan, S.H., mendatangi tenda pengungsian tersebut membawa bantuan kemanusiaan.
Ia menyapa sang nenek dengan lembut dan menyerahkan bantuan secara langsung. Saat bantuan diterima, air mata sang nenek pecah.
Tangisnya menjadi simbol penderitaan warga lanjut usia yang bertahan hidup di tengah keterbatasan dan kesepian.
Kisah sang nenek menjadi pengingat bahwa bencana tidak berhenti setelah air surut. Di tenda-tenda pengungsian mandiri, masih ada manusia renta yang menghadapi panas, hujan, dan dingin seorang diri, menunggu perhatian nyata dari pemerintah dan masyarakat.
Kehadiran negara dan kepedulian kemanusiaan tidak boleh hanya sesaat, tetapi harus berkelanjutan hingga warga bisa kembali merasakan aman dan hangat di rumah mereka sendiri.






